Lantamal Merauke Operasional 15 Januari

PANGKALAN Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) XI Merauke akan diresmikan bertepatan dengan Hari Dharma Samudra TNI AL, 15 Januari 2009. Persetujuan telah dikeluarkan Departemen Pertahanan (Dephan) dan Markas Besar TNI.

"Operasional sangat dibutuhkan guna optimalisasi pengamanan wilayah perbatasan dan daerah rawan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Iskandar Sitompul saat dihubungi Jurnal Nasional di Jakarta, Senin (29/12). Dia menjelaskan, pembangunan Lantamal Merauke didasarkan analisis peningkatan kehadiran unsur-unsur matra laut di perairan Laut Arafuru dan sekitarnya.

Terlebih daerah ini berbatasan langsung dengan Papua Nugini dan Australia. Dengan rencana peresmikan Lantamal Merauke maka di Papua terdapat dua lantamal yakni di Jayapura dan Merauke. Lantamal Jayapura membawahi Lanal Sorong, Manokwari, Biak, Pos Laut Liki, dan Mapia.

Lantamal ini berperan mengawasi serta menanggulangi perairan utara Papua. Sedangkan Lantamal Merauke akan membawahi Lanal Timika, Aru, Tual, dan Posal Saumlaki yang berperan mengawasi perairan selatan Papua. Iskandar mengakui, kesiapan infrastruktur pangkalan belum benar-benar ideal.

Dia mencontohkan, dermaga yang masih digabung dengan dermaga umum. Begitu pula dengan jumlah personel. Dari kebutuhan 700 prajurit baru terpenuhi sekitar 400 personel. "Akan terus ditingkatkan sampai mencukupi jumlah yang diharapkan," katanya.

Dia menolak menyebutkan total dana yang dikucurkan untuk pembangunan lantamal. Anggaran disalurkan secara bertahap sejak 2006 lalu. "Tapi untuk markas saja sudah Rp10 miliar," kata lulusan Akademi Angkatan Laut tahun 1980 itu. Pembangunan markas menempati lahan seluas 5,7 hektare dan mulai dibangun awal Agustus 2007.

Selain Lantamal Merauke, matra laut telah meresmikan Pangkalan TNI AL (Lanal) Kelas C di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Oktober lalu. Pembentukan pangkalan ini didasari pertimbangan posisi pulau Rote strategis dalam memberikan dukungan logistik operasional unsur TNI AL yang beroperasi di laut Samudera Hindia. Pulau ini juga berbatasan langsung dengan Australia.

"Di sana juga rawan terjadinya pelanggaran kapal asing," kata dia. Iskandar mengatakan, pengembangan pangkalan menjadi salah satu cara memaksimalkan kekuatan alat utama sistem persenjataan yang dimiliki. KRI yang dimiliki TNI AL saat ini sebanyak 147 unit.

Jumlah ini masih belum mencukupi mengingat 2/3 wilayah Indonesia berupa lautan. "Peningkatan jangkauan pengawasan wilayah dapat dilakukan lewat penataan pangkalan," katanya. Adhitya Cahya Utama @JURNAL INDONESIA

You can leave a response, or trackback from your own site.
Powered by Blogger