Penerbang Sukhoi Ditambah

PENAMBAHAN penerbang pesawat tempur Sukhoi segera dilakukan menyusul kedatangan secara bertahap enam pesawat tambahan asal Rusia itu. Saat ini baru ada tujuh penerbang yang masih aktif di markas Sukhoi, Skadron Udara 11, Pangkalan TNI AU (Lanud) Sultan Hasanuddin, Makassar.

"Idealnya, jumlah penerbang satu setengah kali jumlah pesawat," kata Komandan Skadron 11 Letkol Widyargo Ikoputro di Makassar, Minggu (28/12). Saat ini telah ada enam jet tempur menyusul kedatangan dua Sukhoi, Jumat (26/12) lalu. Januari 2009 akan tiba satu pesawat lagi. Sedangkan tiga pesanan sisa dikirim bertahap hingga 2010. Artinya, pada 2010 setidaknya dibutuhkan 15 penerbang pesawat berjuluk Flanker itu.

Iko menjelaskan, mulai tahun depan pihaknya akan melakukan penjajakan terhadap beberapa penerbang tempur TNI AU seperti F-5E Tiger dan F-16 Fighting Falcon. Syaratnya, minimal telah mengantongi 200 jam terbang.

Matra udara tampaknya tak ingin main-main mencari pengawak pesawat canggih tersebut. Dari tujuh pilot yang ada, yakni Letkol Iko, Mayor Dedy Ilham, Mayor David Yohan Tamboto, Mayor Yosta Riza, Mayor Tonny Haryono, Mayor Untung Suropati, dan Letkol Andi Kustoro, semuanya sudah mengantongi lebih dari 2.000 jam terbang.

Bahkan, Oktober lalu, empat penerbang Sukhoi juga telah menjalani simulasi Sukhoi di China guna memantapkan kemampuan pilot Sukhoi yang sudah ada. Komandan Wing 5 Lanud Hasanuddin Kolonel Arif Mustofa mengatakan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyiapkan penerbang agar sesuai dengan kebutuhan operasi. Terlebih saat ini anggaran pertahanan dipangkas.

Dia menjelaskan, cara pertama mengirimkan sejumlah penerbang belajar simulator Sukhoi di luar negeri untuk meningkatkan kemampuan. "Agar biayanya lebih murah karena membeli simulator biayanya lebih mahal," katanya seperti dikutip Antara.

Kedua, mengirimkan beberapa pilot mengasah kemampuan terbang dan memenuhi jam terbang di mancanegara. Tujuannya, ketika tiba di Tanah Air sudah dapat melaksanakan tugasnya sesuai kebutuhan operasi atau siap melaksanakan operasi.

"Selain mengirim para penerbang belajar ke luar negeri, perlu ada modifikasi latihan berdasarkan skala prioritas," katanya menambahkan.Adhitya Cahya Utama @JURNAL INDONESIA

You can leave a response, or trackback from your own site.
Powered by Blogger