Korvet KRI Diponegoro Ditugaskan dalam Satgas Perairan UNIFIL
Kairo, 16-1-2009 -- Sebanyak 120 personel TNI siap menjadi bagian dari gugus satuan tugas (Satgas) perairan di Lebanon atas nama Pasukan Perdamaian Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), dan dijadwalkan akan bertolak akhir Januari 2009 dengan Kapal Republik Indonesia (KRI) Diponegoro untuk menuju Kairo, Mesir.
"Setelah sampai di Kairo, Mesir, yang diperkirakan pada 10 Pebruari 2009, KRI Diponegoro dengan seluruh pasukan akan dikirimkan ke Perairan Lebanon bersama pasukan lainnya pada akhir Juni nanti, seperti dari Jerman, Italia, Spanyol, Inggris dan lainnya dengan bendera UNIFIL," kata Atase Pertahanan (Athan) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, Kolonel Laut (E) Ir Sigit Soekirno S kepada ANTARA di Kairo, Jumat.
Ia menjelaskan, pada 5 Januari 2009, ia mendampingi tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Mabes TNI yang beranggotakan empat orang dan dipimpin oleh Letjen TNI Liliek AS Sumaryo mengadakan kunjungan ke markas kontingen Garuda (Konga) di Lebanon.
Kedatangan rombongan disambut langsung oleh Wadan Sektor Timur Kolonel (Inf) Bambang Sudiono, Dansatgas Konga XXIII-C/UNIFIL Letkol (Inf) R Haryono, Dansatgas Konga XXV-A/UNIFIL Letkol (CPM) Ujang Martenis beserta beberapa perwira lainnya.
Anggota tim Itjen Mabes TNI tersebut terdiri atas Irjen Letjen TNI Liliek AS Sumaryo, Mayjen TNI Supiadin AS (Asisten Operasi Panglima TNI), Marsma TNI Bambang Purwadi, S.IP (Waaslog Panglima TNI), dan Kolonel (Inf) Moch Haryanto (Paban IV/Sops TNI). Mereka didampingi oleh Penasehat Militer RI di UNDPKO New York Laksma TNI I Putu Yuli Adnyana dan dirinya.
Dijelaskannya bahwa selama ini pasukan TNI di UNIFIL dikenal mampu bersikap profesional sebagai pasukan penyangga dan bersikap netral dalam mengamankan zona konflik Lebanon dengan Israel.
"Karena itulah, pasukan TNI mendapat apresiasi dari penduduk maupun dari PBB sendiri," katanya.
KRI Diponegoro merupakan salah satu korvet terbaru yang dimiliki TNI AL.
Kirim ADO
Sementara itu, saat ditanya mengenai kesiapan Indonesia untuk berperan-serta menjadi peninjau militer dalam konflik Israel-Palestina di Jalur Gaza, seperti pernah disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, ia menjelaskan bahwa untuk hal itu, pihaknya telah mengirimkan analisa daerah operasi (ADO) kepada Mabes TNI.
"Saya memang sudah menerima informasi tentang hal itu, dan telah mengirimkan ADO ke Mabes TNI," kata Sigit Soekirno S, lulusan AKABRI Laut tahun 1983 itu.
Diakuinya bahwa konflik di Gaza itu mempunyai kompleksitas masalah yang rumit, dan Mesir sebagai satu-satunya negara di kawasan Timur Tengah (Timteng) yang punya hubungan diplomatik dengan Israel, juga punya dilema sendiri.
"Tekanan-tekanan dalam negeri dari pihak oposisi, cukup merepotkan pemerintah," kata Athan yang sudah bertugas dua tahun di Kairo, dan wilayah kerja operasionalnya mencakup 13 negara di Timteng itu.
Ia memberi contoh bahwa persoalan terowongan -- yang bisa dianggap bahwa Mesir membiarkan adanya terowongan itu menjadi jalan bagi pejuang Palestina, sehingga bombardir pesawat tempur Israel terus menghujani daerah itu--kini juga menjadi wacana yang dipersoalkan.
Awal pekan (12/1) ini, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, pihaknya telah menyiapkan beberapa personel TNI untuk menjadi peninjau militer, jika terjadi gencatan senjata antara Israel dan Palestina.
Ditemui usai mendampingi Panglima Angkatan Bersenjata Australia Marsekal Allan Grant (Angus) Houston bertemu Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono, di Jakarta, Panglima mengatakan Indonesia siap berpartisipasi dalam proses perdamaian di Jalur Gaza, termasuk untuk memantau gencatan senjata jika diminta PBB.
"Kita siap dengan apa yang bisa kita lakukan," katanya. (ANTARA)
You can leave a response, or trackback from your own site.