TNI AD Susun Prioritas Pengadaan Senjata
TNI AD mengurangi pengadaan persenjataan strategis baru. Pembelian peralatan tempur berat seperti meriam dan tank harus dibatasi karena anggaran pertahanan yang dipotong dua tahun terakhir.
"(Peralatan tempur berat) tidak akan dibeli dulu," kata Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Agustadi Sasongko Purnomo di Jakarta, Kamis (8/1). Anggaran pertahanan turun dari Rp36,39 triliun pada APBN 2008, menjadi Rp35 triliun dalam rancangan APBN 2009. Matra darat terimbas dampak penurunan.
Agustadi mengatakan, anggarannya turun dari Rp16 triliun jadi Rp15 triliun. Dari jumlah ini, mayoritas digunakan untuk gaji dan operasional rutin. "Sisanya hanya Rp2 triliun," katanya. Kondisi ini membuat TNI AD menggalang konsolidasi ke dalam dan menentukan program-program prioritas.
Hal senada diungkapkan Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno. Dia menjelaskan, keterbatasan dana membuat matra laut perlu menelaah lebih dalam pembangunan kekuatan yang mempunyai kemampuan penangkalan dan penindakan berbagai bentuk ancaman.
Perencanaan berbasis kemampuan dengan tidak mengabaikan perencanaan yang berbasis ancaman menjadi alternatif di tengah semakin mahalnya pembangunan kekuatan di laut.
"Peningkatan SDM merupakan salah satu prioritas," kata KSAL. Caranya, tambahnya, dengan proses formal berupa pendidikan, latihan, dan kursus-kursus serta pengiriman personel ke luar negeri untuk latihan bersama negara sahabat.
Dia menambahkan, keterbatasan juga menuntut semua satuan kerja untuk efisiensi dan pengawasan ketat terhadap penggunaan anggaran. Tujuannya, agar tercipta akuntabilitas dan transparasi, serta mencegah terjadinya pergeseran sasaran maupun penyimpangan anggaran.
Tedjo menjelaskan, perkembangan lingkungan strategis global, regional maupun nasional saat ini menjadi tantangan tugas TNI AL. Karena itu, pembangunan matra laut yang mumpuni masih sangat dibutuhkan menjaga kedaulatan dan keutuhan negara. ( Adhitya Cahya Utama @ Jurnas)